Jumat, 19 Maret 2010

BUDIDAYA TERNAK KELINCI

TTG BUDIDAYA PETERNAKAN
BUDIDAYA TERNAK KELINCI

1. SEJARAH SINGKAT
Ternak ini semula hewan liar yang sulit
dijinakkan. Kelinci dijinakkan sejak 2000 tahun
silam dengan tujuan keindahan, bahan pangan
dan sebagai hewan percobaan. Hampir setiap
negara di dunia memiliki ternak kelinci karena
kelinci mempunyai daya adaptasi tubuh yang
relatif tinggi sehingga mampu hidup di hampir
seluruh dunia. Kelinci dikembangkan di daerah
dengan populasi penduduk relatif tinggi, Adanya
penyebaran kelinci juga menimbulkan sebutan
yang berbeda, di Eropa disebut rabbit, Indonesia
disebut kelinci, Jawa disebut
trewelu dan sebagainya. 
2. SENTRA PERIKANAN
Di Indonesia masih terbatas daerah tertentu dan
belum menjadi sentra produksi/dengan kata lain
pemeliharaan masih tradisional.
3. JENIS
Menurut sistem Binomial, bangsa kelinci
diklasifikasikan sebagai berikut :
Ordo : Lagomorpha
Famili : Leporidae
Sub famili : Leporine
Genus : Lepus, Orictolagus
Spesies : Lepus spp., Orictolagus spp.
Jenis yang umum diternakkan adalah American Chinchilla, Angora, Belgian, Californian, Dutch,
English Spot, Flemish Giant, Havana, Himalayan, New Zealand Red, White dan Black, Rex
Amerika. Kelinci lokal yang ada sebenarnya berasal dari dari Eropa yang telah bercampur
dengan jenis lain hingga sulit dikenali lagi. Jenis New Zealand White dan Californian sangat
baik untuk produksi daging, sedangkan Angora baik untuk bulu.
4. MANFAAT
Manfaat yang diambil dari kelinci adalah bulu dan daging yang sampai saat ini mulai laku
keras di pasaran. Selain itu hasil ikutan masih dapat dimanfaatkan untuk pupuk, kerajinan dan
pakan ternak. 
5. PERSYARATAN LOKASI
Dekat sumber air, jauh dari tempat kediaman, bebas gangguan asap, bau-bauan, suara bising
dan terlindung dari predator. 
6. PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA
Yang perlu diperhatikan dalam usaha ternak kelinci adalah persiapan lokasi yang sesuai,
pembuatan kandang, penyediaan bibit dan penyediaan pakan.
1.  Penyiapan Sarana dan Perlengkapan
Fungsi kandang sebagai tempat berkembangbiak dengan suhu ideal 21° C, sirkulasi
udara lancar, lama pencahayaan ideal 12 jam dan melindungi ternak dari predator.
Menurut kegunaan, kandang kelinci dibedakan menjadi kandang induk. Untuk
induk/kelinci dewasa atau induk dan anak-anaknya, kandang jantan, khusus untuk
pejantan dengan ukuran lebih besar dan Kandang anak lepas sapih. Untuk
menghindari perkawinan awal kelompok dilakukan pemisahan antara jantan dan
betina. Kandang berukuran 200x70x70 cm tinggi alas 50 cm cukup untuk 12 ekor
betina/10 ekor jantan. Kandang anak (kotak beranak) ukuran 50x30x45 cm.
Menurut bentuknya kandang kelinci dibagi menjadi:
1.  Kandang sistem postal, tanpa halaman pengumbaran, ditempatkan dalam
ruangan dan cocok untuk kelinci muda.
2.  Kandang sistem ranch ; dilengkapi dengan halaman pengumbaran.
3.  Kandang battery; mirip sangkar berderet dimana satu sangkar untuk satu ekor
dengan konstruksi Flatdech Battery (berjajar), Tier Battery (bertingkat),
Pyramidal Battery (susun piramid).
Perlengkapan kandang yang diperlukan adalah tempat pakan dan minum yang
tahan pecah dan mudah dibersihkan.
2.  Pembibitan
Untuk syarat ternak tergantung dari tujuan utama pemeliharaan kelinci tersebut.
Untuk tujuan jenis bulu maka jenis Angora, American Chinchilla dan Rex merupakan
ternak yang cocok. Sedang untuk tujuan daging maka jenis Belgian, Californian,
Flemish Giant, Havana, Himalayan dan New Zealand merupakan ternak yang cocok
dipelihara.
1.  Pemilihan bibit dan calon induk
Bila peternakan bertujuan untuk daging, dipilih jenis kelinci yang berbobot
badan dan tinggi dengan perdagingan yang baik, sedangkan untuk tujuan bulu
jelas memilih bibit-bibit yang punya potensi genetik pertumbuhan bulu yang
baik. Secara spesifik untuk keduanya harus punya sifat fertilitas tinggi, tidak
mudah nervous, tidak cacat, mata bersih dan terawat, bulu tidak kusam,
lincah/aktif bergerak.
2.  Perawatan Bibit dan calon induk
Perawatan bibit menentukan kualitas induk yang baik pula, oleh karena itu
perawatan utama yang perlu perhatian adalah pemberian pakan yang cukup,
pengaturan dan sanitasi kandang yang baik serta mencegah kandang dari
gangguan luar.
3.  Sistem Pemuliabiakan
Untuk mendapat keturunan yang lebih baik dan mempertahankan sifat yang
spesifik maka pembiakan dibedakan dalam 3 kategori yaitu:
a.  In Breeding (silang dalam), untuk mempertahankan dan menonjolkan
sifat spesifik misalnya bulu, proporsi daging.
b.  Cross Breeding (silang luar), untuk mendapatkan keturunan lebih
baik/menambah sifat-sifat unggul.
c.  Pure Line Breeding (silang antara bibit murai), untuk mendapat
bangsa/jenis baru yang diharapkan memiliki penampilan yang
merupakan
perpaduan 2 keunggulan bibit.
4.  Reproduksi dan Perkawinan
Kelinci betina segera dikawinkan ketika mencapai dewasa pada umur 5 bulan
(betina dan jantan). Bila terlalu muda kesehatan terganggu dan mortalitas
anak tinggi. Bila pejantan pertama kali mengawini, sebaiknya kawinkan
dengan betina yang sudah pernah beranak. Waktu kawin pagi/sore hari di kandang pejantan dan biarkan hingga terjadi 2 kali perkawinan, setelah
itu pejantan dipisahkan.
5.  Proses Kelahiran
Setelah perkawinan kelinci akan mengalami kebuntingan selama 30-32 hari.
Kebuntingan pada kelinci dapat dideteksi dengan meraba perut kelinci betina
12-14 hari setelah perkawinan, bila terasa ada bola-bola kecil berarti terjadi
kebuntingan. Lima hari menjelang kelahiran induk dipindah ke kandang
beranak untuk memberi kesempatan menyiapkan penghangat dengan cara
merontokkan bulunya. Kelahiran kelinci yang sering terjadi malam hari dengan
kondisi anak lemah, mata tertutup dan tidak berbulu. Jumlah anak yang
dilahirkan bervariasi sekitar 6-10 ekor.
3.  Pemeliharaan
1.  Sanitasi dan Tindakan Preventif
Tempat pemeliharaan diusahakan selalu kering agar tidak jadi sarang
penyakit. Tempat yang lembab dan basah menyebabkan kelinci mudah pilek
dan terserang penyakit kulit. 
2.  Pengontrolan Penyakit
Kelinci yang terserang penyakit umumnya punya gejala lesu, nafsu makan
turun, suhu badan naik dan mata sayu. Bila kelinci menunjukkan hal ini segera
dikarantinakan dan benda pencemar juga segera disingkirkan untuk mencegah
wabah penyakit.
3.  Perawatan Ternak
Penyapihan anak kelinci dilakukan setelah umur 7-8 minggu. Anak sapihan
ditempatkan kandang tersendiri dengan isi 2-3 ekor/kandang dan disediakan
pakan yang cukup dan berkualitas. Pemisahan berdasar kelamin perlu untuk
mencegah dewasa yang terlalu dini. Pengebirian dapat dilakukan saat
menjelang dewasa. Umumnya dilakukan pada kelinci jantan dengan
membuang testisnya.
4.  Pemberian Pakan
Jenis pakan yang diberikan meliputi hijauan meliputi rumput lapangan, rumput
gajah, sayuran meliputi kol, sawi, kangkung, daun kacang, daun turi dan daun
kacang panjang, biji-bijian/pakan penguat meliputi jagung, kacang hijau, padi,
kacang tanah, sorghum, dedak dan bungkil-bungkilan. Untuk memenuhi pakan
ini perlu pakan tambahn berupa konsentrat yang dapat dibeli di toko pakan
ternak. Pakan dan minum diberikan dipagi hari sekitar pukul 10.00. Kelinci
diberi pakan dedak yang dicampur sedikit air. Pukul 13.00 diberi rumput
sedikit/secukupnya dan pukul 18.00 rumput diberikan dalam jumlah yang
lebih banyak. Pemberian air minum perlu disediakan di kandang untuk
mencukupi kebutuhan cairan tubuhnya.
5.  Pemeliharaan Kandang
Lantai/alas kandang, tempat pakan dan minum, sisa pakan dan kotoran kelinci
setiap hari harus dibersihkan untuk menghindari timbulnya penyakit. Sinar
matahari pagi harus masuk ke kandang untuk membunuh bibit penyakit.
Dinding kandang dicat dengan kapur/ter. Kandang bekas kelinci sakit
dibersihkan dengan kreolin/lysol. 
7. HAMA DAN PENYAKIT
1.  Bisul
Penyebab: terjadinya pengumpulan darah kotor di bawah kulit.
Pengendalian: pembedahan dan pengeluaran darah kotor selanjutnya diberi Jodium.
2.  Kudis
Penyebab: Darcoptes scabiei. Gejala: ditandai dengan koreng di tubuh.
Pengendalian: dengan antibiotik salep.
3.  Eksim
Penyebab: kotoran yang menempel di kulit. 
Pengendalian: menggunakan salep/bedak Salicyl.
4.  Penyakit telinga
Penyebab: kutu.
Pengendalian: meneteskan minyak nabati.
5.  Penyakit kulit kepala
Penyebab: jamur.
Gejala: timbul semacam sisik pada kepala.
Pengendalian: dengan bubuk belerang.
6.  Penyakit mata
Penyebab: bakteri dan debu.
Gejala: mata basah dan berair terus.
Pengendalian: dengan salep mata.
7.  Mastitis
Penyebab: susu yang keluar sedikit/tak dapat keluar.
Gejala: puting mengeras dan panas bila dipegang.
Pengendalian: dengan tidak menyapih anak terlalu mendadak.
8.  Pilek
Penyebab: virus.
Gejala: hidung berair terus.
Pengendalian: penyemprotan antiseptik pada hidung.
9.  Radang paru-paru
Penyebab: bakteri Pasteurella multocida.
Gejala: napas sesak, mata dan telinga kebiruan.
Pengendalian: diberi minum Sul-Q-nox.
10. Berak darah
Penyebab: protozoa Eimeira.
Gejala: nafsu makan hilang, tubuh kurus, perut membesar dan mencret darah.
Pengendalian: diberi minum sulfaquinxalin dosis 12 ml dalam 1 liter air.
11. Hama pada kelinci umumnya merupakan predator dari kelinci seperti anjing. Pada
umumnya pencegahan dan pengendalianhama dan penyakit dilakukan dengan
menjaga kebersihan lingkungan kandang, pemberian pakan yang sesuai dan
memenuhi gizi dan penyingkiran sesegera mungkin ternak yang sakit.
8. PANEN
1.  Hasil Utama
Hasil utama kelinci adalah daging dan bulu
2.  Hasil Tambahan
Hasil tambahan berupa kotoran untuk pupuk
3.  Penangkapan
Kemudian yang perlu diperhatikan cara memegang kelinci hendaknya yang benar agar
kelinci tidak kesakitan.
9. PASCAPANEN
1.  Stoving
Kelinci dipuasakan 6-10 jam sebelum potong untuk mengosongkan usus. Pemberian
minum tetap .
2.  Pemotongan
Pemotongan dapat dengan 3 cara:
1.  Pemukulan pendahuluan, kelinci dipukul dengan benda tumpul pada kepala
dan saat koma disembelih.
2.  Pematahan tulang leher, dipatahkan dengan tarikan pada tulang leher. Cara ini
kurang baik.
3.  Pemotongan biasa, sama seperti memotong ternak lain.
3.  Pengulitan
Dilaksanakan mulai dari kaki belakang ke arah kepala dengan posisi kelinci digantung.
4.  Pengeluaran Jeroan
Kulit perut disayat dari pusar ke ekor kemudian jeroan seperti usus, jantung dan paru-
paru dikeluarkan. Yang perlu diperhatikan kandung kemih jangan sampai pecah
karena dapat mempengaruhi kualitas karkas.
5.  Pemotongan Karkas
Kelinci dipotong jadi 8 bagian, 2 potong kaki depan, 2 potong kaki belakang, 2 potong
bagian dada dan 2 potong bagian belakang. Presentase karkas yang baik 49-52%.
10. ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA
1.  Analisa Usaha Budidaya
Perkiraan analisis budidaya kelinci didasarkan pada jumlah ternak per 20 ekor induk:
1.  Biaya Produksi
a.  Kandang dan perlengkapan Rp. 1.000.000,-
b.  Bibit induk 20 ekor @ Rp. 30.000, Rp. 600.000,-
c.  Pejantan 3 ekor @ Rp. 20.000,- Rp. 60.000,-
d.  Pakan
ƒ  Sayur + rumput Rp. 1.000.000,-
ƒ  Konsetrat (pakan tambahan) Rp. 2.000.000,-
e.  Obat Rp. 1.000.000,-
f.  Tenaga kerja 2 x 12 x Rp. 150.000,- Rp. 3.600.000,-
Jumlah biaya produksi Rp. 9.260.000,-
2.  Pendapatan
Kelahiran hidup/induk/tahun = 31 ekor
Penjualan:
a.  Bibit: 20 x 15 x Rp. 20.000,- Rp. 6.000.000,-
b.  Kelinci potong 20 x 15 x Rp. 50.000,- Rp. 15.000.000,-
c.  Feses/kotoran Rp. 60.000,-
d.  Bulu Rp. 750.000,-
Jumlah pendapatan Rp. 21.810.000,-
3.  Keuntungan Rp. 12.550.000,-
4.  Parameter kelayakan usaha : - B/C ratio = 2,36
2.  Gambaran Peluang Agribisnis
Gerakan peningkatan gizi yang dicanangkan pemerintah terutama yang berasal dari
protein hewani sampai saat ini masih belum terpenuhi. Kebutuhan daging kita masih
banyak dipenuhi dari impor. Kelinci yang punya keunggulan dalam cepatnya
berkembang, mutu daging yang tinggi, pemeliharaan mudah dan rendahnya biaya
produksi menjadikan ternak ini sangat potensial untuk dikembangkan. Apalagi
didukung dengan permintaan pasar dan harga daging maupun bulu yang cukup tinggi.
11. DAFTAR PUSTAKA
1.  Anonymous, 1986, Pemeliharaan Kelinci dan Burung Puyuh, Yasaguna, Jakarta.
2.  Kartadisastra. HR, 1995, Beternak Kelinci Unggul, Kanisius, Yogyakarta.
3.  Sarwono. B, 1985, Beternak Kelinci Unggul, Penebar Swadaya, Jakarta.
4.  Yunus. M dan Minarti. S, 1990, Aneka Ternak, Universitas Brawijaya, Malang.
12. KONTAK HUBUNGAN
1.  Proyek Pengembangan Ekonomi Masyarakat Pedesaan – BAPPENAS Jl.Sunda Kelapa
No. 7 Jakarta, Tel. 021 390 9829 , Fax. 021 390 9829
2.  Kantor Menteri Negara Riset dan Teknologi, Deputi Bidang Pendayagunaan dan
Pemasyarakatan Iptek, Gedung II BPPT Lantai 6, Jl. M.H.Thamrin No. 8, Jakarta
10340, Indonesia, Tel. +62 21 316 9166~69, Fax. +62 21 310 1952, Situs Web:
http://www.ristek.go.id
Sumber : Proyek Pengembangan Ekonomi Masyarakat Pedesaan, Bappenas

Kamis, 11 Maret 2010

BETERNAK KAMBING PE

Tips Beternak Kambing

Beternak kambing adalah suatu kegiatan yang sangat menguntungkan, selama dalam menjalankan usaha tersebut dikelola secara benar dan serius. Tidak ada kata yang tidak mungkin. Begitulah ungkapan kata yang harus diungkapkan dalam menjalani suatu usaha. Selama kita serius dan tekun dalam menjalani usaha ini, pasti tujuan dan cita-cita kita akan tercapai.

Ada beberapa hal utama yang harus kita siapkan sebelum kita menjalani usaha ini.

1. mempersiapkan lahan pakan.
Ketersediaan pakan adalah hal yang sangat fital bagi kelangsungan peternakan. Mustahil suatu usaha peternakan terwujud tanpa diimbangi dengan ketersediaan pakan. Untuk mempersiapkan pakan, sudah seharusnya kita mempunyai gambaran tentang jumlah kambing yang akan kita pelihara. Semakin banyak kambing yang akan kita pelihara, maka semakin luas lahan pakan yang harus kita siapkan, begitu juga sebaliknya, semakin sedikit kambing yang akan kita pelihara, maka lahan yang harus kita siapkan juga tidak terlalu luas.
Pakan kambing yang ideal seharusnya tidak terdiri dari satu macam jenis saja. Kita dapat mencampur pakan tersebut dari berbagai macam daun daunan. Tetapi untuk peternakan yang mempunyai kapasitas besar, pakan yang mudah dan selalu terjamin ketersediaannya adalah rumput gajah. Karena rumput gajah dapat dipanen umur 40-50 hari. Sehingga peternak harus dapat mengatur jadwal pemenenan yang tepat. Sehingga di harapkan rumput gajah tersebut dapat selalu dipanen untuk pemberian pakan kambing. Peternak dapat menyewa lahan untuk menanam rumput gajah tersebut.

Berikut ini adalah cara penanaman rumput gajah ;

a) sediakan rumput gajah berupa stek. Bibit ini dapat diperoleh dari petani ataupun dari dinas peternakan setempat.
b) Cangkul lahan tanam dengan kedalam 20 cm dan dibuat parit dengan jarak antar parit selebar 60 cm.
c) Buat lubang tanam dengan kedalaman 15 cm, jarak antar lubang tanan sekitar 50-60 cm.
d) Beri pupuk pada lubang tanaman, pupuk dapat berupa pupuk kandang maupun pupuk pabrikansi seperti urea atau npk.
e) Masukkan bibit rumput gajah sebanyak tiga stek per lobang tanam.
f) Panen rumput gajah pertama dapat dilakukan pada tiga bulan pertama, hanya saja rumput panenan pertama ini biasanya kurang disenangi oleh kambing, sehingga biasanya rumput gajah tersebut dibuang.
g) Bersihkan segera rumput liar yang tumbuh setelah panenan pertama dilakukan, lalu beri pupuk kandang secukupnya pada tanaman tadi.
h) Setelah 40-50 hari kemudian panenan ke dua dapat dilakukan dan biasanya rumput pada panenan yang ke dua ini lebih disukai oleh kambing, karena memiliki batang yang tidak terlalu keras.

Selain diberi pakan pokok berupa hijauan, sebaiknya kambing juga diberi pakan tambahan berupa pakan penguat sebagai penguat. Sumber pakan penguat dapat berupa dedak jagung, ampas tahu, bungkil kacang tanah, kulit kedelai atau campuran pakan tersebut.
Pakan penguat tersebut jumlahnya tidak harus banyak, tetapi diusahaan setiap hari selalu disajikan ke kambing, supaya kambing tersebut tidak kekurangan mineral maupun protein.

2.Membuat kandang.

Prinsip kandang yang ideal adalah tempat yang nyaman bagi ternak kambing itu sendiri. Kandang diusahakan dibuat dari bahan yang awet dan tahan lama, terutama pada lantai kandang, kerena lantai tersebut merupakan pijakan pada saat kambing berada di dalam kandang. Apabila lantai kandang mudah patah maka akan dapat membahayakan kambing yang kita pelihara. Lantai kandang tidak boleh menggunakan papa yang terlalu lebar. karena papan yang lebar akan menghambat kotoran ataupun urin terbuang secara lancar. dampaknya kambing akan cepat kotor. menurut saya, lantai kandang yang ideal adalah lantai yang menggunakan bahan dasar bambu, karena selain harganya lebih murah, lantai bambu juga mempunyai lebaran yang pas (6 cm), sehingga kotoran dan urin langsung jatuh ke bawah.
Kandang dibikin model panggung dan lantai kandang harus dibuat miring agar kotoran kambing dapat dengan mudah dibersihkan. Selain itu dengan kemiringan lantai kandang, maka kita akan dengan mudah menampung urin kambing menuju tempat yang dikehendaki. Karena urine dan kotoran kambing (srintil) mempunyai nilai jual yang sangat bagus.
Dengan kandang model panggung, kita juga akan dapat dengan mudah mengontrol kesehatan kambing itu sendiri. Karena kesehatan kambing dapat dipantau dari kotoran kambing yang di keluarkannya. Misal, kotoran kambing agak menggumpal merupakan pertanda bahwa kambing tersebut terkena cacingan dan harus segera diberi obat cacing.
Kandang juga harus dilengkapi dengan tempat minuman kambing yang letaknya dibelakang kandang dan posisinya berada di luar kandang. Kerena kalau tempat air itu berada di dalam, kambing akan menggaru-garukkan tanduk ditempat air, sehingga air gampang tumpah.

3.Memilih Induk.

Tahap yang paling menentukan dalam usaha peternakan kambing adalah penjaringan material kandang atau pemilihan induk. Karena apabila kita salah dalam memilih induk dapat dipastikan kita akan rugi dalam menjalankan usaha ini. Karena pada prinsipnya, kambing baik maupun kambing jelek tetap makan. Dan makan adalah biaya. Makanya jangan gegabah dalam melakukan pembelian induk. Kalaupun ada kambing jelek beranak bagus itu merukakan suatu keberuntungan belaka. Tetapi kalau kita memilih induk dengan benar dan tepat, maka peluang untuk mendapatkan keturunan yang bagus sangatlah besar.
Memang tidak mungkin seekor kambing itu sempurna secara kasat mata, tetapi ada beberapa kriteria wajib, yang harus peternak pilih. Karena hal ini nantinya akan berpengaruh pada keturunan berikutnya. Kriteria yang termaksud adalah :

a). Warna harus hitam.

Warna hitam adalah warna yang sangat favorit dalam kelas kambing etawa. Apalagi pola hitam tersebut berada tepat dan presisi dibagian kepala. Ada beberapa kelompok petani yang menyebut dengan istilah “kepala hitam atau ndas ireng” (Jawa Timur). Sebagus apapun kambing itu, kalau warna tidak hitam maka pamor kambing tersebut akan berkurang. Kambing dengan warna pola hitam berarti memiliki gen warna hitam, yang apabila nanti dikawinkan dengan pejantan warna hitam, harapannya cempe yang akan dihasilkan memiliki pola warna hitam juga. Sebagai gambaran, kambing standart, pola warna hitam lebih mahal minimal Rp. 250.000, jika di banding dengan kambing pola warna coklat, dengan umur yang sama.

b). Telinga tipis, panjang dan lurus ke bawah.

Telinga tipis dan panjang merupakan syarat wajib bagi calon induk. Baik induk pejantan maupun induk betina. Telinga harus terkesan jatuh ke bawah, ujung pangkal telinga tidak boleh ada patahan. Telinga juga tidak boleh melebar ke bawah. Kebanyakan kambing yang berada di pasaran, posisi telinga atas sudah baik, tetapi di bawah melebar atau melengkung ke samping. Faktor telinga yang bagus sangat penting sekali bagi peternak, karena akan berpengaruh ke keturunan yang dihasilkan.

c. factor pelengkap lain.

Sudah penulis katakan, tidak ada kambing yang sempurna. Kalaulah ada yang bagus di pola, mungkin kambing itu memiliki kekurangan dipanjang telinga atau pada bagian yang lain. Tetapi minimal kita sebagai peternak harus mencari bakalan induk yang mendekati sempurna. Ada beberapa factor pelengkap lain yang dapat dipilih supaya kambing yang akan kita beli nantinya mendekati sempurna. Beberapa factor tersebut diantaranya,kaki atau tulangan yang besar dan kokoh, kulit yang tebal, ekor yang melengkung ke atas, bulu ekor yang lebat, mata yang cerah, tanduk yang simetris ke belakang, cekungan yang besar pada hidung kambing.
Factor pelengkap sifatnya tidak wajib. Tetapi kalau itu ada dikambing yang bakal di beli, tidak ada salahnya apabila peternak mengambilnya sebagai calon induk. Dengan pencatatan data yang lengkap, peternak nantiya akan dapat menciptakan keturunan yang stabil, jika berbagai elemen tersebut di kawinsilangkan, tetapi hal ini memerlukan waktu dan biaya yang sangat amat lama dan mahal.

Jika ingin menciptakan trah kambing seperti yang dikehendaki peternak, hal pertama yang dilakukan peternak adalah mencari induk yang berproduksi tinggi dan pejantan yag memiliki induk dengan tingkat produksi yang tinggi pula. Lebih baik lagi jika keduanya (induk dan pejantan) berasal dari induk dan pejantan yang sama (kelahiran kembar). Jika sudah cukup umur, indukan dan pejantan tersebut dikawinkan. Dengan manajemen yang baik, kambing bisa beranak 2 kali dalam 3 tahun. Dalam 2 tahun bisa menghasilkan 6 ekor cempe. Cempe-cempe jantan bisa di jual, sedangkan cempe betina terus di pelihara sampai dewasa kelamin dan jika sudah cukup umur di kawinkan dengan pejantan nenek moyangnya. Jika pejantan nenek moyangnya sudah mati atau sudah tidak terlalu kuat, bisa di gantikan dengan pejantan lain yang masih sedarah. Dari perkawinan-perkawinan ini akan selalu di hasilkan individu-individu baru yang variasinya sangat lebar, tetapi semakin lama variasi tersebut akan semakain mengecil dan mendekati seragam. Individu-individu yang produksinya tinggi terus dipertahankan sebagai induk, sedangkan individu-individu yang tingkat produsinya rendah bisa di singkirkan atau di jual.

Posted in Budidaya Ternak Kambing. NATURENDRYS